1/29/2017

Mengenal Seni Tradisional Kentrung Yang Terancam Punah

Salah satu bukti kekayaan seni dan budaya di Indonesia adalah adanya seni kentrung. Keberadaan seni kentrung juga sebagai bukti kuatnya budaya timur tengah yang mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia khususnya di Jawa. Namun seiring perkembangan zaman, meningkatnya dampak era globalisasi, serta kuatnya pengaruh budaya barat, semakin menenggelamkan keberadaan seni tradisional kentrung. Sehingga tidak heran, jarang sekali kita bisa menemukan referensi tentang seni kentrung baik itu di toko buku maupun di internet.

Coba saja kita browsing di internet, pasti jarang sekali menemukan informasi yang menjelaskan tentang seni kentrung. Apa lagi di toko buku, sudah tentu kita pasti kelabakan mencari buku yang membahas tentang seni ini. Dan coba juga cari di youtube, padahal berjuta video apa saja pasti tersedia di sana. Tetapi tidak dengan video kesenian kentrung, walaupun ada video tersebut durasinya begitu pendek, paling hanya 5 sampai 10 menit saja. Padahal dalam pementasan kentrung bisa berdurasi sampai 3 jam lebih.

Dalang dan Alat Kentrung

Untuk itu, mari kita kembali mengenal dan memahami seni kentrung. Paling tidak kita tetap bisa menceritakan seni kentrung ini kepada anak dan cucu kita kelak.Syukur Alhamdulillah jika kalian para anak muda ingin mendalami seni ini sehingga menjadi generasi berikutnya yang tetap mempopulerkan nama seni kentrung. Dan jangan lupa bagi siapa saja yang sempat membaca artikel ini, jika di daerah kalian ada pementasan kentrung mohon untuk segera di upload ke youtube guna tetap melestarikan seni tradisional kentrung di negeri tercinta kita.

Apa Itu Kentrung?


Kentrung adalah merupakan seni dan budaya yang digunakan untuk menyampaikan pesan dan kesan moral kepada masyarakat. Kentrung dikatakan sebagai seni karena memiliki unsur kreasi dan keindahan, dimana disampaikan oleh dalang yang pandai mendongeng dan melawak serta di iringi oleh alat musik dan bunyi musik yang khas. Kentrung dikatakan sebagai budaya karena hanya dimiki oleh beberapa kelompok yang diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya.

Penafsiran kata KENTRUNG sendiri bermacam-macam, ada yang mengatakan kata kentrung berasal dari kluntrang-kluntrung yang bermakna mengembara kesana kemari. Ada pula yang beranggapan berawal dari kata ngreken-ngantung yang berarti menghitung dan berangan-angan. Namun menurut penafsiran yang paling mendekati adalah bahwa kata kentrung diambil dari alat musik yang digunakan, yakni kata “KEN” yag diambil dari awal kata alat musik yang bernama Kendang, kemudian bunyi “TRUNG” ketika alat musik rebana ketika dipukul.

Pada mulanya kentrung digunakan sebagai dakwah Islam untuk menyampaikan ajaran Islam agar lebih mudah diterima oleh masyarakat kala itu. Namun seiring perkembangan jaman kentrung kini lebih banyak dimanfaatkan sebagai acara hajatan seperti acara pernikahan, khitanan, pindahan rumah, tingkepan, dan berbagai acara syukuran lainnya.

Adapun dalam pertunjukan kentrung biasanya dalang menyampaikan nilai-nilai terntentu yang terkandung di dalamnya seperti pendidikan, kritik dan saran sosial, serta banyolan atau lawak. Biasanya dalang dengan pandainya menceritakan sejarah suatu daerah kemudian menceritakan tokoh-tokoh penting yang paling berpengaruh di daerah tersebut, dan dengan lihainya dalang menyampaikan dakwah di dalam alur cerita tersebut, serta tidak lupa sang dalang melawak, sehingga pertunjukkan terasa tidak membosankan namun tetap kaya akan ilmu di dalamnya.

Sejarah Asal-Usul Kentrung


Menurut Prof. Dr. Suripan Sudi Hutomo di dalam bukunya yang berjudul“Kentrung” beliau mengatakan bahwa seni kentrung berkembang sejak abad 16 di Kediri, Blitar, Tulungagung, Kabupaten Tuban dan Kabupaten Ponorogo. Pernyataan ini diambil dari website Pemerintah Kabupaten Tulungagung.

Namun sejarah awal kemunculan seni kentrung ini memiliki versi yang beragam. Ada versi yang mengatakan bahwa seni kentrung merupakan kesenian asli dari bangsa Indonesia, ada juga versi yang beranggapan bahwa seni ini berawal dari jazirah Arab. Menurut sumber lain dari wikipedia, kentrung pertama kali dipopulerkan pada era penjajahan Belanda tepatnya tahun 1930-an oleh kiyai Basiman. Dan yang pasti kentrung telah berkembang dan menyebar luas di Indonesia khususnya di Jawa.

Pada masa awal kemunculan seni kentrung, dalam pementasan kesenian ini berisi tentang babat tanah Jawa, yakni menceritakan tentang sejarah Wali Songo dan kerajaan Islam di tanah Jawa. Kemudian seiring perkembangannya seni kentrung sangat efektif digunakan sebagai media dakwah penyebaran agama Islam dan menyampaikan sejarah Islam dari Arab yang masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan. Karena itulah seni kentrung sangat di minati masyarakat kala itu sehingga ajaran Islam lebih mudah diterima mereka.

Faktor Seni Kentrung Terancam Punah


Dikutip juga dari website Pemerintah Kabupaten Tulungagung, bahwa hampir disemua pelosok Desa di wilayah Kabupaten Tulungagung bisa dibilang semuanya memiliki kelompok kentrung. Namun seiring perkembangan jaman kelompok-kelompok kentrung di Tulungagung mulai menghilang dan kini hanya tinggal satu kelompok kentrung saja yang masih bertahan. Tidak lain penyebab seni kentrung terancam punah adalah masyarakat saat ini tidak menganggap kesenian sebagai tuntutan melainkan sebagai tontonan. Mereka lebih asyik menonton dari pada menuntut ilmu kesenian kentrung.

Faktor lain adalah hilangnya apresiasi masyarakat terhadap seni tradisional serta berkurangnya komunitas seniman yang menggeluti seni kentrung. Terlebih masyarakat saat ini lebih menggemari kesenian moderen seperti filem bioskop, sinetron di televisi, dan konser musik moderen. Kondisi masyarakat seperti ini tentu semakin menenggelamkan dan mengikis keberadaan seni tradisional kentrung.

Semoga para seniman tidak kehilangan kreativitas serta inovasi-inovasi baru sehingga eksistensi seni tradisional kentrung tetap terjaga. Semoga dengan usaha para seniman muda bisa mengembalikan popularitas nama kentrung di telinga masyarakat. Dan kepada masyarakat Indonesia khususnya bagi anak muda generasi penerus bangsa, cintailah seni kentrung, ikutlah berpartisipasi, jangan biarkan kekayaan kesenian dan kebudayaan yang dimiliki Indonesia tercinta sirna dimakan waktu dan usia.


EmoticonEmoticon